Ilmu Ekonomi Politik adalah bagian dari ilmu sosial yang berbasis pada dua subdisiplin ilmu, yakni politik dan ekonomi.[1].
Pembelajaran Ilmu Ekonomi Politik merupakan pembelajaran ilmu yang
bersifat interdisiplin,yakni terdiri atas gabungan dua disiplin ilmu dan
dapat digunakan untuk menganalisis ilmu sosial lainnya dengan isu-isu yang relevan dengan isu ekonomi politik. [1] Ilmu ini mengkaji dua jenis ilmu yakni ilmu politik dan ilmu ekonomi yang digabungkan menjadi satu kajian ilmu ekonomi politik. [1]
Dalam penggunaannya secara tradisional, istilah ekonomi politik dipakai
sebagai sinonim atau nama lain dari istilah ilmu ekonomi (Rothschild,
1989). [1]
Fokus dari studi ekonomi politik adalah fenomena-fenomena ekonomi
secara umum, yang bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik ; yakni
menyoroti interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor
politik. [1]
Namun, dalam perkembangan yang berikutnya, istilah ekonomi politik
selalu mengacu pada adanya interaksi antara aspek ekonomi dan aspek
politik. [1]
Adanya kelemahan instrumental ini menyebabkan banyak kalangan ilmuwan
dari kedua belah pihak – berusaha untuk mempertemukan titik temunya,
sehingga para ilmuwan ini berusaha untuk mencoba mengkaji hal ini dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan dalam ekonomi politik.[2]
Dalam upaya memaksimalkan studi mengenai ekonomi politik, juga tidak
boleh terlepas dari sistem ekonomi di negara yang bersangkutan.[3]
Terkait dengan hal tersebut, setidaknya dalam berbagai jenis yang
ada, terdapat dua sistem ekonomi besar dunia yang dibagi menjadi dua
kategori pokok, yakni sistem ekonomi yang berorentasi pasar (ekonomi liberal)dengan sistem ekonomi terencana atau yang lebih dikenal sebagai sistem ekonomi terpusat (sosialis).[3]
Sehingga dalam studi ekonomi politik akan ditemui masalah atau
pertanyaan yang sama peliknya mengenai bagaimana faktor-faktor politik
itu memengaruhi kondisi-kondisi sosial ekonomi suatu negara. [3]
Pendekatan dalam Ekonomi Politik
- Pendekatan Pilihan Publik
Pilihan publik adalah suatu sikap individu dalam menentukan pilihan mereka secara rasional. [3] Dalam ekonomi politik, analisisnya tertuju pada aktor. [3]
Aktor dianggap sebagai pelaku dari kegiatan ekonomi dan politik dan
berlandaskan pada asumsi dasar individualisme metodologis, yang
menempatkan sikap rasional idividu di dalam institusi non-pasar. [1]
Namun karena sifatnya yang longitudinal[4], maka hasil yang dimunculkan oleh model-model pilihan publik berbeda-beda pada satu negara ke negara lainnya. [3]
- Pendekatan Neo-Marxis
Pendekatan neo-marxis dalam ekononomi politik, menekankan pada sifat
holistik yakni analisis secara menyeluruh, mengenai pentingnya
aspek-aspek ekonomi makro dari sistem ekonomi dan sistem politik.[3]. Selain itu, pendekatan ini memiliki model yang memiliki aspek komparatif, yakni berusaha membandingkan secara eksplisit.[3].
Pendekatan ini juga menyoroti dan memodelkan berbagai perbedaan
antar-negara di bidang kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan
ketergantungan kelas sosial di masyarakat.[3]
Ekonomi politik yang klasik, sebelum Marx, berkembang di Inggris, negeri
kapitalis yang paling maju saat itu. Adam Smith dan David Ricardo,
dengan investigasi mereka terhadap sistem ekonomi, meletakkan
dasar-dasar dari teori nilai kerja. Marx melanjutkan karya
mereka, ia menguji teori itu dan mengembangkannya secara konsisten. Ia
melihat bahwa nilai dari setiap komoditi ditentukan oleh kuantitas waktu
kerja yang diharuskan secara sosial, yang digunakan untuk memproduksi
komoditi itu.
Jika para ahli ekonomi borjuis melihat hubungan antar-benda (pertukaran antar-komoditi), Marx memperhatikan hubungan antar-manusia. Pertukaran komoditi mencerminkan hubungan-hubungan di antara para produser individual yang terjalin melalui pasar. Uang
memperlihatkan bahwa hubungan itu menjadi semakin erat, yang tanpa
terpisahkan menyatukan seluruh kehidupan ekonomi dari para produser. Modal
(kapital) memperlihatkan suatu perkembangan lanjutan dari hubungan ini:
tenaga kerja manusia menjadi suatu komoditi. Para pekerja upahan
menjual tenaga kerjanya kepada para pemilik tanah, pemilik pabrik dan
alat-alat kerja. Seorang pekerja menggunakan sebagian waktu kerjanya
untuk menutup biaya hidupnya dan keluarganya (mendapat upah), sebagian
lain waktu kerjanya digunakan tanpa mendapat upah, semata-mata hanya
mendatangkannilai lebih untuk para pemilik modal. Nilai lebih merupakan
sumber keuntungan, sumber kemakmuran bagi kelas pemilik modal.
Doktrin tentang nilai lebih merupakan batu-penjuru dari teori ekonomi yang dikemukakan oleh Marx.
Modal, yang sebenarnya terbentuk dari hasil kerja para pekerja, justru
menghantam para pekerja, memporakporandakan para pemilik modalkecil dan
menciptakan barisan pengangguran. Dalam bidang industri, kemenangan
produksi berskala besar segera tampak, tetapi gejala yang sama juga
dapat dilihat pada bidang pertanian, di mana keunggulan pertanian
bermodal besar semakin dikembangkan. Penggunaan mesin-mesin pertanian
ditingkatkan, mengakibatkan ekonomi para petani kecil terjebak oleh
modal-uang, kemudian jatuh dan hancur berantakan disebabkanteknik
produksi yang kalah bersaing. Penurunan produksi berskala kecil
mengambil bentuk-bentuk yang berbeda dalam bidang pertanian, akan
tetapiproses penurunan itu sendiri merupakan suatu hal yang tidak
terbantahkan.
Dengan menghancurkan produksi berskala kecil, modal mendorong
peningkatan produktivitas kerja dan menciptakan posisi monopoli bagi
asosiasi kapitalis besar. Produksi itu sendiri menjadi semakin sosial –
ratusan ribu, bahkan jutaan pekerja di-ikat dalam suatu organisme
ekonomi reguler – tapi hasil dari kerja kolektif ini dinikmatioleh
sekelompok pemilik modal. Anarki produksi, krisis, kekacauan harga
pasaran, serta ancaman terhadap sebagian terbesar anggota masyarakat,
semakin memburuk.
Dengan mengembangkan ketergantungan para pekerja pada modal, sistem
ekonomi kapitalis menciptakan kekuatan besar dari persatuan parapekerja. Marx menyelidiki perkembangan kapitalisme dari ekonomi komoditi tahap
awal, dari pertukaran yang sederhana, hingga bentuk-bentuknyayang
tertinggi, produksi berskala besar. Dan dari pengalaman negeri-negeri kapitalis, yang lama dan baru, dari
tahun ke tahun, terlihat dengan jelas kebenaran dari doktrin-doktrin
Marxian ini. Kapitalisme telah menang di seluruh dunia, tetapi kemenangan inihanyalah
merupakan awal dari kemenangan para pekerja terhadap modal yang
membelenggu mereka.
(Sebagian Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Referensi
- ^ a b c d e f g Rachbini, Didick J. 2002. Ekonomi Politik: Paradigma dan Teori Pilihan Publik. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia.
- ^ Martin Staniland. Apakah Ekonomi Politik Itu? Sebuah Studi Teori Sosial dan Kelatarbelakangan. , terj (Jakarta : Rajawali, 2003)
- ^ a b c d e f g h i Lane, Jan- Erik et.al. 1994. Ekonomi Politik Komparatif, terj. Jakarta : Raja Grafindo Persada
- ^ Longitudinal adalah metode penelitian yg didasarkan pd masa tertentu yg relatif lama untuk mengetahui karakter tertentu. Lihat kbbi daring