Kamis, 27 Februari 2014

Gagasan JM.Keynes | Teori Konsumsi

     Teori  ini  muncul  setelah  terjadi  great  depression  tahun  1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi. Mereka hanya membahas teori produksi produksi. Hal ini dikarenakan kaum Klasik percaya bahwa seperti yang dikatakan JB. Say: “Supply creates its own demand“ atau penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Bahwa berapa pun yang diproduksi oleh produsen (sektor swasta) akan mampu  diserap atau dikonsumsi oleh rumah tangga. 
    Ekonom  Klasik  percaya  bahwa  perekonomian  akan  selalu  berada  dalam keseimbangan.  Apabila terjadi  kelebihan  produksi  (over  production), maka harga barang akan turun dan kelebihan produksi pun akan hilang. Hal inilah yang menyebabkan sisi permintaan luput dari pengamatan kaum Klasik Namun ketika terjadi great depression, terlihat bahwa sisi penawaran (supply side) tidak mampu mengatasi sisi permintaan (demand side), karena kedua sisi  baik  sisi  penawaran maupun  sisi  permintaan  lumpuh  (tidak  berfungsi). 
     Pengusaha mengalami kebangkrutan  karena  kelebihan  produksi menyebabkan terjadinya pengangguran yang besar-besaran, sedangkan dari sisi permintaan, masyarakat tidak memiliki daya beli karena tidak memiliki pendapatan. Hal inilah yang menurut  Jhon  Maynard  Keynes, akibat  tidak diperhatikannya sisi demand. Pasar tidak mungkin dapat menciptakan keseimbangan secara otomatis. Kegagalan pasar (market failure) pasti akan terjadi. Oleh karena  itulah  perlu adanya campur tangan pihak lain yaitu pemerintah.  

Fungsi Konsumsi Keynes 

C = a + c Yd 
dimana:
          c = Marginal Propensity to Consume (MPC)     0 < MPC < 1   
          a = Konstanta atau autonomous consumption 
       Yd = Pendapatan Disposable atau pendapatan yang siap dikonsumsi 

Yd = Y – Tx  + Tr 
        Tx  = Pajak  
        Tr  = Subsidi

     Fungsi  konsumsi  Keynes  adalah  fungsi  konsumsi  jangka  pendek.  Keynes tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes in the long run we’re all dead. Bahwa di dalam jangka panjang, kita semua akan mati, sehingga jangka panjang tidak perlu diprediksi. 

Fungsi Konsumsi Jangka Panjang 
     Apabila Keynes hanya mengeluarkan fungsi konsumsi jangka pendek saja, maka ekonom  lainnya yakni Simon Kuznets menemukan fungsi konsumsi jangka panjang. Simon Kuznets (peraih nobel di bidang ekonomi  tahun 1971) melakukan penelitian yang hampir sama dengan Keynes, namun datanya lebih panjang yaitu dari tahun 1869-1929. Menurut Kuznets, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap proporsi tabungan  terhadap pendapatan  ketika  pendapatan  semakin meningkat, sehingga dalam jangka panjang, fungsi  konsumsi  berbentuk  stabil. Dalam jangka panjang fungsi produksi cenderung mendekati titik  origin. 
    Sampai  saat  ini  pembahasan  tentang  teori  konsumsi  bervariasi,  namun kesemuanya berdasarkan pada tiga pendekatan, yaitu: 
  1. The Relative income hypothesis (James Duessenberry) 
  2. The Permanent income hypothesis (Milton Friedman) 
  3. The Life cycle hypothesis (Albert Ando, Richard Brumberg and Franco Modigliani).
The Relative Income Hypothesis   
     Teori ini menguji kembali penelitian Kuznet, yaitu dengan menggunakan data konsumsi dan pendapatan disposable dari tahun 1929-1944. Namun Duessenbery menolak dua asumsi dasar yang  telah dikemukakan Simon Kuznets sebelumnya, yaitu: 
  1. Setiap konsumsi keluarga merupakan keinginan sendiri, bukan akibat pengaruh dari lingkungannya. 
  2. Konsumsi  dipengaruhi  oleh  pendapatan  tahun  itu,  dan  tidak dipengaruhi pendapatan tahun sebelumnya. 
      Duessenbery menyempurnakan penelitian Kuznets dengan menyelidiki persentase dari konsumsi dan pendapatan disposable yang berubah-ubah seiring terjadinya business cycle. Ia menemukan bahwa persentase dari konsumsi dan pendapatan akan cenderung kecil pada saat perekonomian baik, dan cenderung tinggi pada saat ekonomi dalam keadaan buruk. 
    Duessenbery juga  menemukan  bahwa  ketika  terjadinya  perubahan  pada penghasilan,  maka konsumsi tidak langsung  meningkat, karena terjadi pengaruh konsumsi periode yang  lalu yang  lebih kecil. Demikian pula ketika pendapatan  turun, maka konsumsi  tidak akan turun secara tajam karena terbiasa dengan hidup senang. Yang terjadi adalah persentase dari konsumsi dan pendapatannya menjadi semakin besar Dari hasil penelitiannya, Duessenbery membuat kesimpulan: 

  1. Konsumsi  seseorang  akan  tergantung  dari  penghasilan  saat  ini  dan penghasilan tertinggi tahun sebelumnya. (Ratchet Effect) 
  2. Perilaku  konsumsi  seseorang  akan  tergantung  pula  dengan  perilaku konsumsi lingkungannya (Demonstration Effect) 
Permanent Income Hypotesis 
   Teori ini dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurutnya, perilaku konsumen seseorang, ingin memperoleh kepuasan yang maksimum dengan mengkonsumsi barang sesuai dengan anggarannya. Kepuasan maksimum akan tercapai saat kemiringan kurva  indiferent slope indifferent curve sama dengan budget line.

Life Cycle Hypothesis 
    Pendekatan ini dikemukakan oleh Albert Ando, Richard Brumberg dan Franco Modigliani. Mereka berpendapat bahwa pendapatan relatif lebih rendah pada usia muda dan usia  lanjut. Dengan pola konsumsi manusia seperti huruf C, maka  akan terjadi dissaving (mengurangi  tabungan)  ketika  usia muda  dan usia lanjut. Sedangkan pada usia produksi, terjadi  peningkatan saving. Namun mereka berpendapat bahwa dalam  jangka  panjang  rata-rata tabungan (expected saving) E(S) = 0.
     Konsumsi seseorang  dipengaruhi  oleh  tiga  hal,  yaitu  pendapatan saat  ini, kekayaan yang terakumulasi (akibat  tabungan  masa  lalu)  dan harapan penghasilan di masa depan. Jika pendapatan pada masa yang akan datang semakin tinggi (usia muda ke usia  produktif) maka orang  itu  akan meningkatkan konsumsinya, dan akan mengurangi konsumsinya  pada  saat  penghasilannya  mulai  menurun (usia produktif ke usia lanjut).
     Hal  sama  terjadi  pada  orang  yang  memiliki  kekayaan  yang  banyak (akumulasi  tabungan, warisan, dan  lain-lain), akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan orang yang tidak memiliki kekayaan, sehingga terlihat pada saat usia lanjut konsumsi masih tetap tinggi, karena adanya akumalasi kekayaan yang dikumpulkan saat masih produktif (konsumsi > saving) .